Sebagai salah satu generasi yang paling aktif beraktivitas di media sosial, tidak heran potensi dan resiko stres pada gen z cenderung lebih tinggi dibanding generasi milenial. Mengapa bisa begitu?
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, gen z tumbuh berdampingan dan berdamai dengan akses internet sejak dini. Wajar saja jika saat ini gen z menjadi generasi paling beresiko dengan berbagai dampak dari internet, entah itu dampak baik atau buruk.
Kondisi ini juga sering dikait-kaitkan dengan Doomscrolling. Doomscrolling sendiri berdampak langsung pada Kesehatan mental para gen z. Terutama mereka yang sudah termasuk dalam kategori kecanduan.
Apa Sebenarnya Arti dari Istilah Doomscrolling?
Doomscrolling sering dihubungkan dengan suatu kebiasaan mengkhawatirkan dan terus menerus dilakukan oleh pengguna media sosial atau platform digital lainnya dengan mengakses berbagai informasi negatif meskipun dampaknya bisa menimbulkan kecemasan hingga berakhir stres.
Kebiasaan seperti ini pada umumnya terjadi pada para pecandu media sosial atau platform digital lainnya. Dimana resiko terbesarnya adalah gen z yang disinyalir memang paling rentan menjadi korban dari kebiasaan Doomscrolling. Hal ini bisa diperparah dengan pola asuh orang tua yang sudah membiasakan para gen z leluasa bermain gadget sejak dini.
Mengapa Gen Z Dianggap Paling Rentan Terkena Doomscrolling?
Tingkat kerentanan Doomscrolling pada gen z saat ini memang dianggap paling besar mengingat potensi penggunaan akses internet sudah dilakukan sejak usia dini. Sebagai informasi bahwa rentang tahun kelahiran gen z sendiri merupakan kondisi dimana perkembangan internet yang mulai gencar dilakukan.
Selain kondisi tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan gen z rentan terkena Doomscrolling yakni:
- Kecanduan Informasi Tanpa Ada Filter yang Tepat
Informasi instan yang bisa dengan mudah didapatkan oleh gen z, ternyata cukup banyak memberikan pengaruh negatif. Apalagi ditambah dengan tumbuh suburnya tren FOMO (Fear of Missing Out) yang menuntut gen z harus selalu upgrade diri dan adaptasi terhadap kabar terkini meski itu isinya hal-hal negatif.
Sungguh miris melihat kondisi semacam ini, jika tidak bijak dan menggunakan akal sehat dalam mencerna segala bentuk informasi negatif, tentu akan meningkatkan resiko stres.
Misalnya saja begini, ada gen z yang terjerat hutang pinjaman online. Untuk mendapatkan solusi, gen z ini mencari berbagai informasi tentang bagaimana dampak gagal bayar di berbagai media sosial dan platform digital lain.
Bukan hal positif yang didapat justru dengan adanya banyak konten membuat dirinya semakin overthinking. Padahal jika mau terbuka dengan anggota keluarga saja sudah menjadi solusi terbaik agar pikiran menjadi tenang dan bisa mencari jalan keluar bersama-sama.
- Dukungan Karakteristik Algoritma di Hampir Semua Media Sosial
Saat ini algoritma media sosial seperti X, Instagram atau Tiktok dibangun berdasarkan hal apa saja yang sedang tren dan paling diminati oleh para pengguna. Konten yang bersifat dramatis, mengejutkan atau bahkan memicu kecemasan justru malah banyak diprioritaskan oleh algoritma media sosial.
Melihat semua fakta tersebut jika gen z tidak mampu mengendalikan intensitas penggunaan media sosial, resiko terjadi Doomscrolling akan semakin sulit untuk dihindari.
- Minimnya Pengetahuan dalam Literasi Digital Secara Emosional
Keahlian gen z dalam hal penggunaan teknologi memang tidak perlu diragukan lagi. Tapi sangat disayangkan keahlian tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan dalam menyaring informasi.
Sebagian besar gen z masih belum paham bagaimana cara memilah-milah informasi mana yang termasuk dalam kategori emosional sehat dan tidak sehat. Ini yang bahaya, kalau sampai yang dikonsumsi adalah informasi negatif terus dan dalam jangka panjang.
Dampak Doomscrolling Terhadap Kondisi Kesehatan Mental Gen Z
Jika sudah kecanduan informasi negatif dan berakhir dengan Doomscrolling, maka kamu sebagai gen z akan merasakan beberapa dampak langsung sebagai berikut:
- Desensitisasi Emosional
Sifat tidak peduli, cuek, acuh tak acuh akan tumbuh dengan subur pada orang yang sudah terkena Doomscrolling. Kondisi ini termasuk dalam kategori desensitisasi emotional karena terlalu sering mengkonsumsi berita negatif hingga menyebabkan mati rasa. Hal ini rupanya wajar terjadi pada orang yang sudah terkena Doomscrolling sebagai bentuk pertahanan diri.
- Fokus dan Produktivitas Semakin Menurun
Banyak gen z yang tidak sadar kalau sulitnya berkonsentrasi saat belajar atau bekerja ternyata bisa ditimbulkan karena banyaknya informasi menekan yang membuat pikiran menjadi penuh dan overthinking.
Inilah salah satu penyebab utama mengapa banyak orang yang kecanduan media sosial dan platform digital jadi tidak fokus hingga berujung pada produktivitas yang terus menurun.
- Terjadi Gangguan Tidur
Tanpa disadari, ternyata Doomscrolling sudah menjadi agenda rutin dari kebanyakan gen z menjelang tidur. Semakin lama dilakukan, dampak langsung dari paparan cahaya biru dan berbagai informasi negatif ternyata bisa membuat pola tidur berantakan hingga mengakibatkan insomnia. Apalagi jika ditambah dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein sebelum tidur, gangguan tidur pun akan semakin parah.
- Tingkat Depresi dan Kecemasan Meningkat Drastis
Semakin banyak kamu terkontaminasi berita buruk secara berulang, bisa memicu munculnya perasaan tidak berdaya pada diri kamu. Parahnya lagi, kalau sudah sampai ke tahap cemas tak berkesudahan hingga depresi.
Belum lagi banyaknya isu global yang viral dimana-mana seperti contohnya pandemi, krisis iklim hingga perang sedikit banyak juga memberi pengaruh buruk pada Kesehatan mental gen z.
Lantas bagaimana cara mengurangi dampak Doomscrolling pada gen z?
Sudah merasakan Doomscrolling pada diri kamu? tenang saja, masih bisa diperbaiki dan diusahakan asal kamu mau melakukan beberapa hal di bawah ini:
- Jadwalkan Digital Detox
Kontaminasi racun itu tidak hanya terjadi pada fisik saja, melainkan juga bisa menyerang mental. Untuk itu jika kamu benar-benar ingin menjauhi Doomscrolling, setidaknya harus disiplin dan membuat jadwal khusus untuk tidak mengakses media sosial atau platform digital pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya saja kamu bisa menetapkan 1-2 hari dalam seminggu untuk beristirahat dan terbebas dari akses digital.
- Mulai Melatih Diri Untuk Mindfulness
Melakukan Latihan kesadaran sangat penting untuk dilakukan untuk membantu mengurangi kecemasan dan menenangkan pikiran. Salah satu caranya bisa dengan rutin melakukan meditasi.
- Mulai Melakukan Kurasi Sumber Informasi
Hal-hal positif itu datangnya dari diri kamu sendiri. Jika kamu ada niat dan usaha untuk melakukannya, pasti bisa terwujud. Contohnya dengan mengikuti akun atau konten media sosial yang fokus menyajikan berbagai informasi konstruktif dan positif demi menjaga kewarasan mental.
- Melakukan Pembatasan Terhadap Penggunaan Media Sosial
Selain menetapkan jadwal mingguan, kamu juga bisa menerapkan pembatasan harian dalam penggunaan media sosial. Misalnya saja bisa dengan memanfaatkan fitur screen time untuk mengatur durasi akses. Selain ampuh untuk mendisiplinkan, cara ini juga bisa jadi pengingat rutin.
- Menghubungi Orang Profesional di Bidangnya
Kalau berbagai cara sudah dilakukan tapi masih belum ada perubahan, jalan terakhir untuk terbebas dari Doomscrolling adalah dengan mencari dukungan dari orang profesional di bidangnya seperti psikolog.
Bagi Sebagian orang, Doomscrolling mungkin dianggap sebagai aktivitas sepele yang tidak menimbulkan dampak apa-apa. Namun siapa sangka aktivitas menggulirkan layer yang tampak sepele itu perlahan tapi pasti bisa menggerus kesehatan mental para gen z.
Baca Juga : Algoritma TikTok vs Reels: Siapa Pemenang Engagement di 2025?
Pentingnya kesadaran dalam mengantisipasi dampak Doomscrolling dan segera mencari solusi atas kebiasaan tersebut, bisa menjadi langkah awal untuk memastikan kondisi mental kamu tetap terjaga.